PENAJAM - Hingga 2014 nanti, Penajam Paser Utara siap menjadi kota vokasi atau pendidikan yang berbasis kejuruan. Tanda-tanda ke arah sudah terlihat. Sekolah kejuruan terus bermunculan, baik negeri maupun swasta, dengan beragam jurusan keahlian. Ada teknik komputer, teknik mesin, teknik otomotif, tata boga, wirausaha, bahasa Inggris, hingga akuntansi.
Memang saat ini jumlah sekolah umum lebih banyak. Dari 21 sekolah, baru 8 yang berkurikulum SMK, dimana 2 diantaranya merupakan konversi dari SMA. Sisanya adalah SMA dan Madrasah Aliyah. Tapi meihat tren selama 3 tahun terakhir, tampaknya minat siswa mulai bergeser ke SMK. Hal itu terbaca dari beberapa SMA/MA yang tak “berpenghuni”.
Misalnya SMA Negeri 7, tahun ini hanya meluluskan 13 siswa yang tersisa. Karena saat penerimaan siswa baru 2 tahun lalu, sama sekali tak ada pendaftar. Tapi ketika Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) mengganti statusnya menjadi SMK 5, siswanya kini tumbuh jadi 80 orang. Dan tahun ini diprediksi akan bertambah. Hal yang sama juga terjadi di SMA Muhammadiyah Babulu.
“Semua terjadi secara alamiah. Artinya orangtua siswa sekarang lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke SMK. Mungkin pertimbangannya, setelah lulus mudah dapat kerja,” terang Kepala Bidang Pendidikan Menengah Disdikpora PPU Joko DF.
Kebijakan lain yang dilakukan Disdikpora untuk mengejar target kota vokasi, yakni setiap siswa yang masuk ke SMA diwajibkan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi jika lulus nanti. Kalau tidak ada jaminan dari orangtua, maka anaknya diminta untuk menempuh pendidikan ke SMK. Meski tak menutup kemungkina, lulusan SMK juga bisa meneruskan kuliah.
Pertimbangannya, kalau siswa hanya berbekal ijazah SMA, kecil kemungkinan bisa terserap di pasar kerja, karena tidak dibekali keterampilan yang cukup. Maka daripada akhirnya hanya jadi pengangguran, lebih baik belajar di SMK. “Setidaknya kalau mau kerja atau buka usaha setelah lulus, sudah punya skill,” jelas Joko.
Tujuan lain dari kebijakan yang akan diterapkan tahun ini, lanjut Joko, nantinya keberadaan SMA dipersiapkan untuk mencetak sumber daya berkualitas. Setidaknya dari sisi keilmuan lebih sempurna. “Konsekuensinya, jumlah SMA bakal tergerus. Tapi tidak masalah, tujuan akhir kita memang ingin memperbanyak SMK. Sehingga pada tahun 2014 nanti, komposisinya menjadi 60 persen SMK, dan 40 persen SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar